Saat kondisi pandemi seperti sekarang ini banyak pihak yang berlomba-lomba ingin membuka usaha baru. Peluang ini dimanfaatkan betul oleh mereka yang ingin mencari penghasilan dengan cara menjual kelas pelatihan secara online. Sah-sah saja menjual kelas semacam itu namun yang cukup menggelitik adalah Trik marketingnya. Inilah yang akan saya bahas pada artikel kali ini.
Sebagai seorang blogger saya kerap membuka Facebook dimana saya memanfaatkannya untuk share artikel, mencari informasi atau mencari teman. Dari aktifitas inilah kadang saya menemukan iklan yang menarik contohnya iklan dari sebuah kursus online yang kata-katanya kurang lebih seperti ini, “Mentoring online gratis buat anda untuk pebisnis pemula...Yuk join mentoring online gratis nya?”
Saya yakin mereka yang pebinis pemula pasti akan tertarik ingin ikut webminarnya mumpung gratis. Saya pun terus terang tertarik dan ingin mendaftar. Tapi saya berpikir seseorang mengiklankan kelasnya di facebook itu pasti bayar dong? Dan tidak mungkin dari iklan tersebut tidak ada uang yang ingin didapat. Bisnis tetaplah bisnis.
Baca juga : Contoh Digital Marketing No 7 jarang yang tahu
Dan benar saja setelah saya telusuri dari komentar diiklan tersebut saya jadi tahu kalau kelas online/webminar tersebut hanya gratis di 3 hari pertama sedangkan untuk mengikuti webminar selama 30 hari berikutnya harus bayar dengan biaya 500 ribu dan bonus pendampingan seumur hidup.
Dari fakta ini semakin meyakinkan saya bahwa tidak ada kelas online yang 100% gratis. Promo gratis ini hanya dijadikan sebuah trik marketing untuk mendapatkan konsumen istilahnya gratis dulu bayar kemudian. Marketing semacam ini sebetulnya bukan hal baru hanya saja dikemas secara modern melalui iklan dan internet contohnya pada tukang buah, biasanya pedagang buah menyediakan sampel untuk dicoba dengan kata lain gratis dulu kalau cocok baru beli.
Marketing seperti ini tentu ada untung dan ruginya dan salah satu kerugiannya adalah stigma negatif dari pengguna internet. Kalau ada penawaran gratis semacam itu pasti pengguna internet akan berpikir, paling ujung-ujungnya bayar. Lalu siapa yang rugi? Pengguna internet sendiri karena terkadang ada pihak-pihak tertentu yang memang ingin membagikan sesuatu secara gratis tanpa ada embel-embel apapun tapi karena stigamanya sudah demikian akhirnya penawaran tersebut disia-siakan.
Kesimpulan dari artikel ini adalah dalam marketing perilaku konsumen bisa dijadikan alat untuk memasarkan produk contohnya konsumen menyukai gratisan lalu dibuatlah produk yang bisa didapatkan secara gratis namun ada follow up nya seperti contoh diatas dengan produk berbayar.
0Komentar
Berkomentarlah sesuai topik No Link No Spam